8 Ciri-Ciri & Cara menanggapi Persaingan Yang Tidak Sehat Lalu Menetralisirnya


Persaingan adalah hal yang lumrah. Disekitar tempat tinggal, ditempat kerja, dimanapun  kaki ini berpijak, pasti terjadi fenomena ini. Jika kita melangkah lebih jauh kebelakang, ada banyak cerita sejarah dengan latar belakang kompetisi. Melihat jauh kedepanpun kita akan menebak, bahwa benih-benih kompetisi disekitar kita mulai kentara dan sewaktu-waktu bisa saja menyebabkan gejolak sosial.

Sadar atau tidak, hampir semua orang punya rival untuk bersaing. Juga para profesional tidak lepas dari persaingan, baik dengan rival yang jelas atau rival yang sembunyi-sembunyi. Maksudnya, persaingan yang jelas dan yang nyata, diakui juga diketahui oleh kedua belah pihak; sedangkan persaingan yang saling diam-diaman adalah perlombaan yang hanya diketahui oleh salah satu pihak, mungkin sebagai penyemangat saja.

iharapkan, orang-orang yang berpendidikan lebih legowo dalam bersaing. Lagi pula, hidup dalam persaingan adalah hidup yang tidak lepas dari tekanan. Oleh karena itulah beberapa orang enggan untuk menjadi wiraswasta apalagi yang ada kaitannya dengan marketing. Akan tetpi, semuanya itu tergantung bagaimana anda mengelola mindset yang mengubah halangan menjadi tantangan.

Faktor penyebab terjadinya persaingan sosial

Ada banyak persaingan sosial  dengan tujuan tidak jelas dan tidak penting yang membuat beberapa orang hilang kendali dan cenderung mengarahkan perlawanan ke arah yang negatif. Mari kita tinjau sebab-sebab terjadinya fenomena ini disekitar kita.
  1. Sikap yang berlebihan.
    Sombong. Sadar atau tidak, setiap manusia punya sifat sombong yang tersimpan kokoh dalam lubuk hati paling dalam. Ekspresi sifat-sifat ini tergantung dari pengendalian diri setiap orang. Orang-orang sombong sangat mudah “merasa” tersaingi jika ada orang yang naik daun sedikit saja.
    Terlalu sensitif. Sikap ini membuat beberapa orang selalu merasa tersaingi, sekalipun orang lain menganggap “Tidak terjadi apa-apa” alias “Biasa Saja”.
  2. Pergesekan sosial.
    Pergesekan sosial akan menimbulkan gejolak fluktuatif yang bisa kelihatan dan tidak kelihatan. Jika ini tidak diselesaikan sampai tuntas akan menghasilkan serpihan-serpihan kaca yang berpotensi melukai siapapun. Ini sering disebut sebagai perang dingin. Persaingan demi persaingan untuk membuktikan bahwa dia lebih baik dari lawannya.
  3. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat.
    Kebiasaan menggosip. Semakin banyak bicara, semakin banyak pula hal-hal yang tidak penting diumbar. Ngerumpi sering sekali mendorong beberapa orang untuk menceritakan dirinya, kehebatannya, keluarganya dan pencapaiannya dengan bangga kepada orang lain. Kebiasaan ini lebih banyak negatif daripada positifnya.
    Tergila-gila infotaiment, drama korea, dan sinetron secara tidak langsung menghipnotis anda untuk ikut-ikutan style yang diperankan. Akhirnya acara tersebut mendorong anda untuk saing-saingan style terbaru dengan orang lain.
    “Show Time”, bukan pada tempatnya. Jik kita punya kelebihan, punya keunggulan, hindari mempertontonkannya dengan sengaja ditempat-tempat umum. Hal ini lebih dikenal dengan kata “Pamer”.

Ciri khas persaingan sosial yang tidak sehat

Persaingan tidak pernah salah. Bahkan bisa membawa perubahan besar tapi bisa juga sebaliknya, merugikan dan menghancurkan. Itu seperti pedang bermata dua.
Sehat tidaknya suatu persaingan tidak bergantung dari bagaimana mengawalinya tetapi bergantung pada bagaimana mengankhirinya. Berikut tanda-tanda persaingan yang mulai tidak sehat:
  1. Pikiran kotor. Inilah yang pertama muncul mengotori persaingan. Pandangan-pandangan yang buruk. Terlalu tergesa-gesa men-judge atau mengukur orang lain.
  2. Sikap pengecut sangat menodai persaingan. Istilah kerennya : “Lempar batu sembunyi tangan”, atau ungkapan kecilnya, “Suka main belakang”.
  3. Mementingkan hal-hal yang sesungguhnya tidak berguna (Kurang kerjaan).
  4. Uang dan tenaga terkuras tapi tidak mengubah dan tidak menghasilkan apa-apa.
  5. Mengorbankan orang lain dan diri sendiri untuk tujuan yang sangat emosional.
  6. Memberikan tekanan sosial yang tidak sepantasnya. Baik melalui kata-kata maupun melalui tindakan.
  7. Disertai dengan tindakan-tindakan amoral.
  8. Tidak jelas ujung dan pangkalnya.

Cara menghadapi persaingan yang ilegal

Hindari masuk dalam persaingan yang tidak jelas. Sikap semberono yang kurang pikir panjang membuat diri ini masuk dalam jebakan-jebakan pihak ke-3. Masuklah dalam perlombaan yang memiliki tujuan yang kredibel. Tanpa tujuan semua kerja keras anda andalah mubazir. Mulailah dengan mempertimbangkan hal berikut ini:
  1. Pikir dua kali dan jangan terburu-buru masuk dalam persaingan. Pikirkan tujuan yang hendak dicapai, pikirkan pula untung ruginya.
  2. Ciptakan mindset positif tentang kompetisi. Persaingan adalah hal yang biasa. Justru Kompetisi dapat memacu semangat dan adrenalin. Kompetisi dalam perlombaan adalah “roller coaster” kesuksesan.
  3. Fokus pada tujuan. Fokus pada apa yang hendak di raih. HINDARI: Kompetisi yang tidak memberi dampak positif. Keluarlah dari kompetisi yang sudah mengarah kepada hal-hal yang negatif. 
  4. Carilah pesaing yang sepadan dan bersainglah dilevel yang sepadan. Hindari bersaing dengan orang-orang yang kapasitasnya lebih rendah. Hindari persaingan dengan orang-orang yang kurang kerjaan. Lebih baik bersaing dengan orang-orang hebat sehingga langkah anda semakin cepat.
  5. Terkadang anda perlu menutup mata dan telinga terhadap hal-hal negatif yang diumbar oleh pesaing maupun orang ketiga.
  6. Jangan jadikan lawan sebagai tolak ukur. Milikilah standar dan pandangan sendiri.
  7. Tampillah sebagai diri anda sendiri. Hindari kebohongan publik.
  8. Bukti nyata yang menunjukkan bahwa anda berada dalam persaingan sehat adalah ketika kompetisi itu menjadi katalisator untuk meraih sukses.
 Jika anda adalah orang yang gemar bersaing dilahan-lahan yang tidak sehat alias bersaing ditempat-tempat yang tidak sepantasnya bahkan tidak penting. Anda adalah sasaran empuk para marketing (sales).

Kesimpulan

Persaingan akhir-akhir ini, menjadi sebuah eko-politik yang selalu menguntungkan pelaku pasar. Singkatnya: Ciptakan sebuah style >> Populerkan trendnya >> Dorong gejolak sosial >> dan akhirnya : Berikan penetrasi (pasarkan produknya). Satu saja yang sudah pasti diuntungkan dalam keadaan ini, bos marketing. Tidak ada salahnya mengikuti Trend terupdate. Hanya saja, mengarahkan seluruh penghasilan anda untuk style dan mode terupdate adalah tidak sehat. Bukankah masih banyak yang harus dipikirkan selain itu???

Bagaimana sodara, apakah anda orang yang punya rival tangguh yang membuat hidup ini lebih bersemangat. Atau malah anda adalah orang yang hidupnya datar-datar saja dan tidak mau peduli dengan persaingan disekitar anda? Apapun kompetisi yang anda ikuti pastikan hal itu berlangsung secara legal, elegant dan transparant.

Sadarlah, untuk apa menang jadi arang kalah jadi abu? Salam kisah nyata!

0 Response to "8 Ciri-Ciri & Cara menanggapi Persaingan Yang Tidak Sehat Lalu Menetralisirnya"

Berkomentarlah yang santun dan cerdas untuk kepentingan bersama