Koruptor tidak percaya Tuhan - Mereka penuh dengan kekuatiran


Fenomena korupsi di Indonesia belum juga berhenti. Padahal negeri yang terkenal akan kekayaan alamnya yang gemarih paloh jinawi ini mengakui 5 kepercayaan. Belum lagi setiap kepercayaan terdiri dari berbagai macam aliran yang tidak sedikit. Negeri dengan semboyan "berbeda-beda namun tetap satu jua" memiliki dasar negara yang disebut Pancasila dimana pasal pertamanya berbunyi "Ke-Tuhanan yang Maha Esa".

Sedemikian kita memandang sekeliling semuanya terlihat begitu harmonis dimana setiap orang bebas menentukan pilihannya, "Apa Agamamu?". Masing-masing terlihat tekun menjalani agamanya bahkan banyak juga yang menekuni ajaran itu secara penuh (sempurna). Kekuatan kepercayaan ini seharusnya sudah mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Bukankah jika kita berlaku baik maka pintu-pintu berkat akan dibukakan. Baik melalui pekerjaan kita, melalui usaha kita, melalui tanaman diladang dan hewan dikandang. Jadi masih kurang apa lagi? Bukankah semuanya sudah baik keadaan ini?

Kekuatiran itu memang manusiawi namun jangan kebablasan. Melakukan perbuatan korup dengan sengaja agar masa depan ini, keluarga dan anak-anak terjamin adalah hal yang bodoh. Keinginan jahat ini semakin membara karena waktu menjabat sebagai orang penting itu ada batasannya sehingga ada pikiran untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. 

Materi hanya memenuhi kebutuhan secara fisik sedangkan inti kehidupan kita ada dalam hati/ pikiran. Ibarat sebuah komputer, apa artinya body yang mulus dengan corak-corak yang gemerlapan, bobot yang seksi dan begitu elegant, apabila prosesornya rusak? Artinya sebaik apapun persiapan fisik yang kita canangkan untuk generasi selanjutnya, semuanya itu akan sia-sia jika tidak diiringi dengan kemampuan intektual dan emosional yang mumpuni.

Sayang sekali, tidak ada peninggalan fisik yang berperan untuk menjaga hati/ pikiran setiap generasi selanjutnya. Kecerdasan inteligent adalah karunia Tuhan sedankan kecerdasan emosional murni dibangun dari pengalaman dan pergaulan sehari-hari. Keberadaan IQ setiap manusia tidak dapat diganggu gugat. Sedangkan untuk EQ berkembangnya berdasarkan kondisi lingkungan dan ekspresi langsung oleh Top Leader (Orang tua). Pada dasarnya kedua kemampuan ini berjalan bersamaan. Bagaimana jadinya generasi berikutnya ketika orang tua hanya bisa mengekspresikan hal-hal yang bersifat amoral kepada anak-anaknya dimana salah satu diantaranya adalah korupsi. 

Sadarilah bahwa "buah tidak jauh jatuh dari pohonnya". Kebiasaan yang anda lakukan dibelakang meja, cepat atau lambat akan ditiru juga oleh anak-anak dirumah. Jangan dulu berbicara tentang korupsi uang tapi lihatlah anak-anak lebih suka berbohong, tidak tepat waktu dan perbuatan tidak bermoral lainnya.

Tanpa moralitas, kehidupan generasi selanjutnya akan kacau balau dan tidak beraturan hingga membawa mereka kedalam jurang kehancuran. Oleh karena itu, berhentilah menimbun sesuatu yang tidak halal (korupsi) lalu mulailah mendidik anak-anak dirumah dalam moralitas terpimpin yang mandiri agar kelak mereka bisa mencari uangnya sendiri.

Peninggalan harta justru bagai pedang bermata dua yang akan merugikan orang lain bahkan diri sendiripun akan jatuh olehnya apalagi kalau harta tersebut dulu diperoleh dengan cara yang tidak benar. Sebaliknya jika anda ingin masa depan generasi kita terjamin jangan hanya fokus untuk memakmurkan diri sendiri. Melainkan makmurkan juga orang lain. Taburkan kebaikan dimana itu pantas diberikan karena suatu saat nanti, jikapun bukan diri ini, mungkin generasi selanjutnya akan menuai dengan limpahnya.

Masa depan ayo kita serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Yang dapat kita lakukan adalah mengarahkan generasi ini pada moralitas dan kebaikan hati yang kelak akan menjadi jaminan masa depan bagi anak-anak kita. Stop korupsi dan mulailah melakukan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.

Salam moralitas terpimpin!
Referensi : Koruptor

0 Response to "Koruptor tidak percaya Tuhan - Mereka penuh dengan kekuatiran"

Berkomentarlah yang santun dan cerdas untuk kepentingan bersama