11 Alasan Mengapa Menyingkat Tulisan & Pesan (SMS, Chatting) – Suatu Pedang Bermata Dua Yang Merugikan Secara Diam-Diam

Alasan Mengapa Suka Menyingkat Pesan (SMS & Chat) – Suatu Pedang Bermata Dua Yang Merugikan Secara Diam-Diam

Tidak segala hal butuh kecepatan

Hidup ini tidak serba cepat, memang dalam beberapa sisi ada hal-hal yang bisa dilakukan dengan sekali jalan tetapi sebagian saja. Kebiasaan multitasking memang melatih kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu secara bersamaan hanya hal tersebut tidak selalu dilakukan dengan buru-buru. Justru cara semacam ini hanya memicu terjadinya kesalahan, kecelakaan dan pada akhirnya hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, hindari mengutamakan multitasking dan kecepatan sebab kedua hal ini justru beresiko mengarahkan kita pada pencapaian hasil tertinggi tanpa memikirkan proses. Inilah yang membahayakan dari budaya instan, membuat manusia tidak mampu bertahan menghadapi proses kehidupan yang tidak selalu berjalan lancar.

Saat melambat ada berbagai hal yang bisa dimengerti

Kita berpikir bahwa kecepatan bisa menyelamatkan diri ini dalam banyak situasi yang buruk tetapi tidak menyadari bahwa sesuatu yang masif sedang terjadi di baliknya. Kehidupan tidaklah sesederhana kecepatan, terkadang untuk menciptakan ketenangan, perlu mengurangi laju pergerakan. Perlu mengamati sesuatu lebih dekat dan mempelajarinya lebih teliti sehingga pergerkan dibuat santai saja. Tidak terlalu cepat tetapi tidak terlalu lambat asalkan semua bisa beroleh selamat. Saat kita melambat, ada banyak hal yang dapat diamati, dipahami dan dimengerti sehingga otak bisa berkembang semakin cerdas dari waktu ke waktu. Seperti kehidupan kami yang melambat karena menganggur, ternyata itu adalah kesempatan yang baik untuk memajukan potensi yang dimiliki (menulis).

Momennya langka jadi terdapat singkatan dalam catatannya

Memang dalam momen tertentu kita membutuhkan singkatan. Seperti yang pernah kami alami di bangku sekolah dan selama kuliah, cepatnya penjelasan Guru/ Dosen membuat kita buru-buru mencatat agar hal-hal penti tidak terlewatkan. Demikian juga halnya saat kita sedang mencari informasi (misal di perpustakaan) dari sumber tertentu lalu memindahkannya ke dalam buku sele-sele (buku gado-gado). Aktivitas atau pertemuan yang sifatnya berlangsung singkat perlu dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga hal positif yang diwartakan tidak terlewatkan sedikitpun. Sama halnya saat menanyakan alamat kepada seseorang pasti kata jalannya akan disingkat menjadi “Jln./ Jl.” dan  nama kota (populer) biasanya juga disingkat agar pertemuan yang instan tersebut bermanfaat.

Manusia suka yang instan atau sistem yang sengaja menciptakan keinginan serba cepat?

Mari melirik ke dalam tata Bahasa Indonesia itu sendiri. Apakah ada istilah singkatan di dalamnya? Perlu diketahui bahwa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sekalipun ada pula sistem penyingkatan kata yang disebut dengan akronim. Beberapa contoh akronim adalah sebagai berikut: cekal (cegah dan tangkal), cerpen (cerita pendek), golput (golongan putih), humas (hubungan masyarakat) dan lain sebagainya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun, kita sering sekali melihat berbagai singkatan saat berkendara, seperti dalam hal penulisan jalan (Jl.). Semua kenyataan ini menunjukkan bahwa menyingkat kata adalah hal yang biasa dilakukan berdasarkan aturan tertentu.  

Beberapa masyarakat yang mengamati berbagai akronim di sekitarnya bisa jadi memandang hal tersebut adalah keren adanya. Dorongan inilah yang membuat beberapa orang cerdas menciptakan sistem dan teknik singkatannya sendiri-sendiri. Mustahil jika orang yang kurang pintar menata sebuah kata atau ungkapan menjadi lebih padat sehingga terdengar lebih garing di telinga. Saat kita bisa memahami berbagai dasar-dasar bahasa dan lama menggunakan kata tersebut dalam artian sudah populer di antara kalangan tertentu maka ada kemungkin hal tersebut akan disingkat. Justru sering sekali sistem penyingkatan ini berasal dari orang-orang yang terkenal di mata masyarakat, merekalah yang disebut artis. Contohnya singkatan EGP (emang gua pikirin), bukankan itu berasal dari lagu populer yang dilantunkan oleh seorang aktris wanita di zamannya?

Faktor penyebab manusia suka melakukan penyingkatan  (tertutama orang Indonesia)

Penyingkatan yang kita kenal di dalam masyarakat tidak sepenuhnya baik dan tidak sepenuhnya buruk. Sebab sistem perbendaharaan kata di dalam tata Bahasa Indonesia juga mengenal pemakaian akronim yang termuat jelas dalam KBBI Edisi Ke Tiga. Sedang di sisi lain, masyarakat yang merasa dirinya gaul turut pula melakukan penyingkatan yang sama semata-mata demi popularitas. Inilah yang perlu kita tanyakan di negeri kita Indonesia, apakah semua hal yang jahat itu pasti terkenal? Sebab seolah-olah sistem yang ada saat ini begitu memfasilitasi berbagai-bagai bentuk penyimpangan, misalnya saja dengan mempopulerkan orang-orang yang melakukan tindakan agresif di dalam masyarakat. Contohnya adalah seorang gadis yang mengumpat di media sosial tetapi kemudian dia dijadikan sebagai duta anti narkoba. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan nafsu popularitas yang dapat menggiring anda melakukan perbuatan menyimpang.

Berikut ini akan kami jelaskan beberapa bentuk alasan mengapa kebiasaan menyingkat kata bisa tertanam dalam benak masyarakat.

  1. Sudah membudaya (budaya meniru yang terbawa-bawa).

    Sejak dari kecilnya manusia diberikan kemampuan untuk meniru. Seorang anak yang sejak dari kecilnya terpapar dengan singkatan akan terintimidasi dengan hal tersebut. Semakin sering melihat berbagai-bagai bentuk penyingkatan, semakin dalam memorinya mengingat hal tersebut. Besar kemungkinan ketika si kawan ini telah beranjak di bangku sekolah atau perkuliahan akan menirukan hal tersebut.

    Saat seseorang berteman atau bersahabat dekat dengan orang yang suka menyingkat kata, kemungkinan akan terpengaruh untuk melakukan hal tersebut. Ini mungkin di lakukan di buku catatan sendiri sebab mustahil seorang pengajar mengoreksi detail singkatan dari murid ke murid.

    Pada kehidupan selanjutnya, anak yang telah terbiasa menyingkat kata dalam buku catatannya, diberikan smartphone (handphone atau telepon pintar) oleh orang tuanya. Iapun melakukan SMS dan chatting dengan teman-teman di dalam media sosial dan menemukan berbagai-bagai bentuk penyingkatan kata yang terlihat keren karena hampir digunakan oleh semua penghuni dunia maya. Pengaruh budaya dari rekan-rekan warganet inilah yang secara tidak langsung mendorong seseorang untuk mencontohkan berbagai-bagai hal yang terkesan tersebut.
  2. Memang Bahasa Indonesia mengenal singkatan (akronim).

    Seperti yang kami katakan sebelumnya bahwa ternyata sistem Bahasa Indonesia juga menempatkan fungsi akronim dalam bentuk baku. Artinya, penyingkatan adalah hal yang lumrah dalam sistem tata bahasa normatif. Hanya saja semua itu ada panduan dan batasannya, akronim yang diakui secara resmi telah dimuat dengan jelas di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya lansia (lanjut usia), latma (latihan bersama), litsus (penelitian khusus), manipol (manifesto politik), muntaber (muntah dan berak), Pramuka (praja muda karana) dan lain sebagainya.
  3. Demi efisiensi dan efektifitas.

    Pernahkah anda memperhatikan label alamat yang terdapat pada setiap rumah yang dikunjungi? Penulisan kata “Jalan” biasanya disingkan menjadi “Jl.” dan penulisan “Nomor” disingkat menjadi “No.” Pemakaikan singkatan semacam ini diterapkan demi kepentingan efisiensi agar lebih mudah diingat setiap orang yang memperhatikannya.

    Efektifitas penggunaan singkatan juga terasa jelas saat kita melakukan corat-coret di buku sele-sele sedang Dosen/ Guru sedang menjelaskan materi secara rinci dan mendalam. Demikian halnya juga saat sedang menuliskan notulen setengah matang dari wawancara/ rapat yang sedang digeluti. Baru setelah proses wawancara/ rapat tersebut selesai, pematangan akan dilakukan untuk membuat catatan yang lebih jelas.

    Tanya jawab simple yang sering kita lakukan adalah saat menanyakan alamat kepada seseorang, beberapa orang bisa menghafalnya tetapi untuk lebih aman biasanya ditulis dalam buku catatan kecil (note book). Penulisan ini biasanya penuh dengan singkatan, apakah anda memiliki buku saku yang dipenuhi oleh akronim abal-abal?
  4. Budaya instan.

    Kebiasaan cepat tidak selamanya baik dan tidak selamanya buruk. Sama seperti banyak hal lainnya, kebiasaan ini seperti pedang bermata dua. Orang dapat memanfaatkannya ke sisi baik sebab telah memperhatikan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku di dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan salah paham. Di sisi lain, orang cenderung memanfaatkannya demi kepentingan sempit yang berorientasi pada hasil sehingga mengabaikan proses. Keadaan semacam inilah yang kerap kali menimbulkan perkosaan bahasa sehingga orang yang melihatnya akan merasa miris bahkan ada juga yang justru menjadi salah menanggapi.
  5. Malas orangnya.

    Kemalasan semakin parah saja ketika diarahkan kepada hal-hal yang baik. Ada yang malas melakukan kejahatan, itu baik adanya. Tetapi kebiasaan bermalas-malasan melakukan hal yang baik, merupakan awal bencana yang sifatnya masif. Manusia yang kurang semangat untuk beraktivitas sebab telah dimanjakan oleh berbagai-bagai teknologi modern cenderung lebih mudah mengalami penyakit fisik, mental dan sosial. Keterpurukan ini akan berlangsung secara bertahap sehingga tidak disadari oleh orang itu sendiri. Tetapi orang luar yang cerdas dan mampu mengamati fenomena tersebut akan memahaminya sehingga menghindari sifat malas lalu mulai menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan positif. Hal-hal baik itu berupa fokus kepada Tuhan, belajar dan bekerja.
  6. Limit kuota SMS & Chatting.

    Mungkin anda menyadari soal limit kuata SMS yang diberikan oleh provider masing-masing. Perusahaan telekomunikasi membuat semacam aturan tentang batasan karakter dalam setiap SMS. Setiap kali pengguna melampaui batasan tersebut, maka nilai transaksi yang ditanggung akan digandakan. Demikian selanjutnya setiap kali kata yang kita kirim terlalu panjang pastilah mengkonsumsi pulsa secara berganda. Ini sangat terasa saat kita mengirimkan berbagai ucapan selamat di hari hari tertentu kepada seseorang, misal ucapan selamat ulang tahun dan hari raya besar keagamaan. Kita hanya mengirimkannya kepada satu orang tetapi nombok membayar sampai berlipat ganda.

    Jaman sekarang jangan terlalu khawatir dengan kuota sehingga SMS yang dikirimkan disingkat-singkat sehemat mungkin. Sebab sekalipun perusahaan telekomunikasi tersebut memberi batasan, ada pula banyak hal yang digratiskan. Biasanya promosi semacam ini akan dikirimkan langsung oleh provider bersangkutan, pasti anda pun telah mengetahui hal tersebut.
  7. Terburu-buru (banyak kesibukan).

    Orang yang suka bermalas-malasan di awal bulan, biasanya deadline menumpuk di akhir bulan. Tugas yang padat ini pastilah membuat orang tersebut keteteran. Otomatis, saat membalas SMS/ chat kawan yang sedang menanyakan sesuatu akan dijawab dengan cara yang sesingkat-singkatnya agar pekerjaannya segera selesai. Sifat yang terburu-buru ini lebih beresiko menyebabkan kesalahan/ kecelakaan kerja, jadi hindarilah kebiasaan tersebut!
  8. Merasa keren (gaul).

    Pengaruh budaya netizen yang kurang mengena dengan budaya di dunia nyata turut menciptakan manusia GR yang selalu saja cari-cari perhatian. Mereka akan membuat dirinya mirip-mirip dengan artis sosial media yang memiliki kebiasaan buruk menyingkat berbagai status/ chat yang dikirimkan ke publik. Warganet yang tidak memiliki prinsi mudah sekali tertular oleh kebiasaan mengkorupsikan kata-kata ini. Sudah pastilah, orang-orang yang inkonsisten semacam ini jika kelak menjadi pejabat cenderung menggelapkan uang rakyat (korupsi). Simak juga kawan, Penyebab korupsi di Indonesia.
  9. Sebagai bahan candaan (lucu-lucuaan) disebut juga keratabasa.

    Ada pula orang yang memanfaatkan akronim abal-abal sebagai bahan candaan di antara mereka. Tidak ada niat jahat untuk merusak tata Bahasa Indonesia sebab hal tersebut hanya digunakan oleh kalangan sendiri. Tetapi, bagaimana jadinya ketika tragedi perkosaan bahasa itu terjadi di depan kamera yang disiarkan secara luas di seluruh Indonesia? Sebaiknya, pemanfaatan semacam ini di ruang publik turut dihindari sebab masih banyak hal lain yang dapat dijadikan bahan candaan (humor).
  10. Sedang dalam masalah.

    Orang yang sedang tertekan cenderung menggunakan bahasa singkat saat membalas SMS atau chat. Mengapa kami berkata demikian? Sebab saat suasana hati seseorang sedang memburuk besar kemungkinan, semangatnya kendur. Akibatnya, untuk beraktivitas malasnya minta ampun karena lagi bad mood. Jika orang yang sedang dalam situasi semacam ini dipaksa untuk membalas pesan singkat, mereka enggan melakukannya sekalipun mereka mau pasti balasannya singkat saja. Oleh karena itu, berhati-hatilah jika anda ketahuan menyingkat SMS atau Chat, bisa jadi keadaan ini dipengaruhi semangat hidup yang telah hilang. Kami berdoa semoga itu hanya sementara saja.
  11. Tidak sengaja.

    Ada pula yang terkesan menyingkat kata-kata yang dituliskannya oleh karena unsur ketidaksengajaan. Mungkin juga kami termasuk dari orang-orang tersebut sebab ada berbagai kesalahan ketik yang bisa saja terjadi karena kurang melakukan revisi. Kami harus mengakui bahwa blog ini dikelola secara pribadi tanpa editor khusus, jadi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala bentuk kesalahan ketik yang terkesan menganiaya bahasa yang dicintai bersama oleh rakyat Indonesia. Jika anda hendak mengoreksinya silahkan, kami terima dan sambut dengan sukahati.

Menyingkat Kata Suatu Pedang Bermata Dua Yang Merugikan Secara Diam-Diam

Singkatan itu biasa, semua orang juga menggunakannya. Pergunakanlah itu dengan bijak untuk kalangan sendiri saja demi efektifitas dan efisiensi. Akan tetapi, hindari penggunaannya saat berhubungan dengan sesama (SMS, Chatting) apalagi di ruang publik (tulisan yang di terbitkan di status, blog, komentar dan lainnya). Kesopanan anda dapat dinilai dari tulisan yang diketikkan. Lagipula orang sabar selalu mampu menuliskan kata-kata secara lengkap. Pada akhirnya, ucapan yang anda haturkan dalam setiap pesan dan tulisan yang dipublikasikan menunjukkan seberapa cerdas kemampuan intelektual masing-masing. Jangan perkosa Bahasa Indonesia, bukankah itu simbol persatuan untuk mempertemukan seluruh orang Indonesia dalam pemahaman yang setara? Cintai Bahasamu, sebab tutur kata adalah gambaran kepribadian anda yang pertama-tama dikenal orang lain.

Salam, Singakatan jangan berlebihan,
Hanya untuk diri sendiri bukan dipublikasikan
!

0 Response to "11 Alasan Mengapa Menyingkat Tulisan & Pesan (SMS, Chatting) – Suatu Pedang Bermata Dua Yang Merugikan Secara Diam-Diam"

Berkomentarlah yang santun dan cerdas untuk kepentingan bersama