Tidak Ada Gula Untuk Anak Muda (Remaja), Tekanan Membuat Mereka Dewasa



Gula untuk anak kecil - Hidup di dunia ini tidak mulus terus. Naik gunung turun lembah adalah sesuatu yang lumrah. Gejolak kehidupan yang berbeda-beda membuat kita semakin betah berlama-lama. Tekanan demi tekanan yang datang memaksa kita menyadari bahwa diri ini tidak sempurna. Koreksi demi koreksi dilakukan agar kita menemukan "Siapa Aku ?". Saat menemukan tujuan hidup, Saat itulah kita mampu melangkah dengan pasti.

Masa kanak-kanak, masa indah yang penuh kesenangan tanpa terbeban sedikitpun. Orang tua berada didepan menafkahi, melindungi dan mengajari kita menikmati kebersamaan yang paling tulus. Kekosongan dimasa kecil membuat kita benar-benar bisa menikmati hari. Kita hanya tau kesenangan dan kenikmatan tanpa merasa tertekan atau terganggu apalagi merasa bersalah.

Gula adalah kesukaanku juga kesukaannmu saat itu. Hari demi hari tidak pernah lepas dari gula. Pada minuman, makanan, dan jajanan : semuanya bergula. Manis itu indah, manis itu harus semuanya. Tidak ada manis, tidak minum. Tidak ada enak, tidak makan. Tidak ada nyami, tidak jajan. Bahkan gemuk tambunpun dianggap unyu dan imut oleh orang dewasa. Seingat saya, enaknya masih nikmat sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).

Setelah mengenal dunia pergaulan anak muda, menemukan wawasan baru. Kosa kata baru yang disebut dengan trend, gaul, dan seksi. Keputusan Untuk meninggalkannya semakin kentara. Minum segelas teh padat gula tidak lagi menjadi kegemaran. Jajanan manis tidak lagi melidah setiap hari. Bahkan hari-hari dalam seminggu tidak lagi menyeduhnya. Hanya diwaktu langka dan spesial saja gula kembali menjejali lidah ini.

Anjuran WHO dalam pemakaian gula tidak lebih dari 3 - 5 sendok perhari dengan catatan makanan yang dikonsumsi bebas gula tambahan (kompas.com). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mustahil bagi kita untuk menghindari makanan dengan gula tambahan karena merupakan bagian dari menu sehari-hari. Misalnya saus, selai, bubur, gandum dan lain-lain. Belum lagi kandungan gula dalam jajanan yang dikonsumsi.

Dimasa kecil kita butuh gula untuk pertumbuhan dan perkembangan ditambah lagi untuk aktivitas bermain sana-sini. Saat sudah dewasa (lewat kepala dua) gula tidak lagi masuk daftar menu karena yang terpenting saat ini adalah penampilan. Apalagi untuk kita yang rata-rata pekerjaannya dikantor terus dimana lelah itu hamppir tidak pernah apalagi berkeringat. Cukuplah bagi kita kalori dari makanan dan cemilan yang di konsumsi sehari-hari. Tegas saja dan tinggalkan gula untuk sementara.

Gula hanya untuk anak kecil yang manis-manis tidak boleh lagi menipu diri ini. Kenyataan sudah tidak selalu manis karena tanggung jawab yang diemban tidak lagi mudah. Malah kita sudah tidak bisa lagi menghitung kepahitan demi kepahitan yang dialami. Hidup kadang baik, tapi sering buruk, kadang senang tapi menjengkelkan juga. Tidak dapat ditolak-tolak, hanya pemuda yang masih kekanak-kanakan saja yang enggan menanggung beban dan tanggung jawab yang sudah seharusnya.
Baca juga, cara mendidik dan mengubah anak muda
Hidup bukan lagi sebatas gula-gula ada kopi pahit telah menanti didepan mata. kita harus siap menghadapinya. Jangan sampai kepahitan itu memperburuk kepribadian ini. Jangan sampai kekecewaan membuat kita semakin lemah. Jangan sampai kesilafan membuat kita semakin minder. Jangan sampai kekalahan membuat kita semakin ceroboh. Jangan sampai masalah membuat pikiran dan perkataan kita semakin sinis/pesimis. Jangan sampai gesekan sosial membuat kita menjauh dari para sahabat. Jangan sampai kegagalan membuat kita takut mengambil resiko. Jangan sampai persoalan hidup ini membuat kita cenderung acuh tak acuh dan menjauhi interaksi antar sesama yang akhirnya membawa diri ini menjadi anti sosial.

Hidup ini campur sari, susah - senang adalah makanan sehari-hari. Tidak ada gunanya mengeluh apalagi bersungut-sungut karena semua kepahitan ini memang harus terjadi. kesalahan yang membuat kita lebih hati-hati. kekalahan yang membuat kita lebih telaten. Kekecewaan membuat kita lebih kuat. Masalah membuat kita berbenah untuk lebih baik. Konflik (pergesekan sosial) membuat kita menemukan sahabat-sahabat terbaik. Kegagalan membuat kita lebih sabar dan berlapang dada. Ada pelajaran berharga di balik semua persoalan yang kita hadapi. Kepahitan demi kepahitan membuat kita berkembang.

Oleh karena itu, kuatkan hati! Sabar melewati proses! Andalkan Tuhan dalam segala hal! Jangan pernah lupa untuk membahagiakan orang tua! Dan jadilah HEBAT
Baca juga,
sabar itu indah
dan
Pengalaman yang bervariasi dengan orang tua membentuk mental dan kepribadian anak
Kita jangan doyan gula lagi karena gula hanyalah untuk anak-anak.
Salam perjuangan

0 Response to "Tidak Ada Gula Untuk Anak Muda (Remaja), Tekanan Membuat Mereka Dewasa"

Berkomentarlah yang santun dan cerdas untuk kepentingan bersama