Setiap makhluk hidup pasti berkomunikasi, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan. Hanya saja interaksi antar tanaman sifatnya senyap dan
lambat sebab arahnya lebih kepada penyesuaian diri. Misalnya lengkungan batang
pohon saat mengikuti cahaya (fototropis)
dan persilangan akar tanaman yang tidak saling bertabrakan melainkan membentuk
jalinan yang menindih satu sama lain. Komunikasi antar hewan yang diwujudkan
dalam bahasa tubuh (raut muka, bulu, posisi/ pose badan) dan suara. Beberapa
jenis hewan juga hanya mampu berkomunikasi dalam frekuensi tingkat rendah
(tidak terdengar oleh manusia), misalnya serangga. Sedang manusia telah
mengalami evolusi komunikasi yang lebih kompleks sehingga segala sesuatunya
bisa jadi tak seperti kelihatannya.
Kita dimampukan untuk berkomunikasi lewat bahasa tubuh.
Hanya dengan raut wajah dan gerakan tertentu, mungkin orang lain sudah mengerti
dengan maksud hati ini. Sayang, jenis interaksi lewat bahasa tubuh ini sifatnya
tidak terstandarisasi, artinya ada orang yang mengerti – ada yang tidak dan ada
yang mengartikannya ini – ada pula yang mengartikannya itu. Jika hari-hari kita
hanya warnai dengan bahasa tubuh, pastilah ada begitu banyak orang yang tidak
mampu mengertikan diri ini. Akan tetapi interaksi yang lebih lengkap adalah
tutur kata, anda dapat menyampaikan kata-kata secara lisan maupun lewat
tulisan. Sedang media menulis zaman sekarang terdiri dari berbagai jenis, di
antaranya lembaran kayu, kertas (buku), dokumen elektronik offline dan dokumen
elektronik yang terhubung lewat jaringan (online).
Menulis dengan media kertas telah kita lakukan dari kecil,
entah itu menulis angka dan huruf maupun gambar. Sejak di bangku Sekolah Dasar
(SD) kita telah dilatih dalam displin menulis yang ketat hingga pada satu titik
orang tua memperkenankan kita untuk menggunakan alat elektronik portable itu. Mungkin
di sekitar tahun 2000-an, namanya lebih dikenal sebagai hanphone. Seiring
dengan perkembangan zaman, manusia memberi nama yang lebih keren, yaitu
smartphone. Gadget yang satu ini masih memiliki bentuk lain lagi yang disebut
dengan tablet yang tipis dan ringan namun tetap elegan. Apapun alat elektronik
yang anda miliki untuk berkomunikasi, seharusnya semua itu membuat kita lebih
cerdas dalam menjalani hidup. Sayang, beberapa kebiasaan yang berlebihan justru
membuat manusia semakin bobrok.
Sehebat apapun teknologi, pemanfaatannya tidak boleh
berlebihan. Justru ketika kita terlalu menikmati penggunaan teknologi akan
menjadi penghancur bagi diri sendiri. Sebab saat waktu luang kita lebih banyak
dihabiskan dengan menikmatinya lebih dari dua jam akan membuat kemampuan otak
menurun dalam mengendalikan diri. Keadaan ini dapat berujung pada perilaku yang
liar dalam memanfaatkan internet dan media sosial. Sehingga mulai mengubah
perilaku ke arah yang negatif saat mengisi waktu luang, misalnya terjebak dalam
perilaku asal-asalan (asal tiru), pornografi, mengumbar bully dan lain sebagainya.
Terkecuali jika anda memang pekerja sosial blogger yang memerlukan waktu lama
untuk menulis dan mengembangkan ide-ide.
Dampak negatif menyingkat kata secara berlebihan
Salah satu perilaku asal-asalan di saat menggunakan
teknologi handphone atau smartphone yang terkoneksi dengan internet & media
sosial adalah kebiasaan menyingkat kata-kata.
Memang dalam kaidah-kaidah Bahasa Indonesia dikenal yang namanya akronim,
yaitu penyingkatan terhadap suku kata. Akan tetapi, mereka yang menyingkat kata
secara berlebihan melakukannya kata demi kata. Mungkin bagi mereka yang sudah
terbiasa dengan teknik tersebut lebih dimampukan untuk memahaminya akan tetapi bagaimana
jadinya saat ada orang awam di luar sana yang menerimanya tetapi tidak faham
dengan maksud SMS atau Chatting kita?
Oleh karena itu, gunakan kecerdasan mempersingkat kata untuk kalangan sendiri
saja sedang saat berinteraksi dengan sesama, harap lakukan dengan menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berikut ini akan kami jelaskan beberapa dampak buruk saat
kita menyingkat kata secara berlebihan.
- Orang lain tidak mengerti.
Bahaya pertama saat kita mempersingkat kata per kata saat mengetik pesan (SMS, Chatting) adalah ketidakmampuan orang lain untuk memahami dengan baik apa yang sebenarnya dimaksudkan. Mereka tidak mampu mencermati dengan baik pepepanjangan dari singkatan yang dikirimkan, bisa jadi itu seluruhnya atau sebagian. Bisa jadi, si kawan tersebut tidak membalas balik pesan yang kita layangkan. Otomatis keadaan ini membuat komunikasi yang kita jalin gagal, padahal beberapa kb data atau beberapa rupiah uang sudah tersalurkan ke sana. Kita sendiri tidak memahaminya (ambigu).
Aturan abal-abal dalam membuat singkatan justru beresiko membuat kita tidak mampu memahami kata yang ditulis sendiri. Keadaan ini turut pula di dorong oleh waktu yang kepepet saat mengetik pesan tersebut sehingga ada huruf yang salah tulis. Lha kalau penulisnya sendiri tidak mampu memahami apa itu, terlebih lagi pembacanya… :D :D :D Oleh karena itu, baca berulang sebanyak dua sampai tiga kali sebelum mengirimkan pesan baik melalui SMS maupun Chatting.Tanggapan orang lain jadi aneh.
Akibat terlalu menyingkat bahasa tulisan dalam pesan singkat, bisa membuat respon orang lain mengarah ke hal-hal negatif. Keadaan ini jelas berpotensi merusak hubungan dengan sesama. Terlebih ketika suasana hati si kawan tersebut juga sedang galau-galaunya. Alhasil, balasannya ke anda bisa jadi bernada sinis, merendahkan, menolak hingga terkesan marah-marah.
Jika anda menggunakan kata yang disingkat-singkat kepada orang yang baru dikenal, bisa jadi itu akan dicuekin. Sebab terkesan main-main layaknya anak-anak lebay yang sedang cari sensasi. Jadi “hargailah bahasa, hindari singkatan yang terpaksa, agar kedekatan dengan sahabat tetap terjaga.”Terkesan malas.
“Saking malasnya si kawan, kata demi kata pun dilipat dan potongnya: mungkin baginya bahasa itu adalah origami kali ya!” :D :D :D Bila mental kita adalah mental pemalas, ada kecenderungan untuk melakukan berbagai-bagai aksi berlebihan untuk menghemat pekerjaan. Padahal diam-diamsaja nggak ada kerjaan tidak selalu baik adanya. Sadarilah bahwa “pesan singkat yang kita kirimkan ke teman baru seperti wajah sendiri yang memberi kesan awal seperti apa si kawan.” Kemalasan dalam berkata-kata bisa menunjukkan tingkat kecerdasan kita yang juga pas-pasan sebab seberapa banyak perkataan yang keluar dari dalam hati sedemikian jugalah kepintaran seseorang. Apakah orang malas itu kurang cerdas? Silahkan amati sendiri kawan….Kesimpulan pendek, kurang sabar.
Kesabaran selalu dibutuhkan dimana-mana termasuk saat kita sedang mengetik SMS atau sekedar melakukan Chatting. Mereka yang kurang sabaran dalam melakukan sesuatu bisa saja menggunting sana-sini sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat saat menulis. Jangan pernah mengabaikan nilai kesabaran dalam hidup ini kawan, sebab “bersabar dalam hal-hal kecil memampukan kita untuk tegar menghadapi perkara besar.”Memperkosa bahasa.
Seandainya kita adalah seorang yang bergelut dalam teknologi enkripsi dimana privasi sangat dijaga, menggunakan penyingkatan kata ini justru menjaga kerahasiaan. Akan tetapi, ketika kita memakainya untuk berinteraksi kepada sesama di media sosial, pastilah kita dicap sebagai tukang otak-atik kata. Seolah-olah kitalah yang menciptakan bahasa tersebut, jedi mau dicabut sebagian atau ditambah lain-lain, “suka-suka gualah!” Sikap yang terlalu bebas ini seolah-olah memberi kesan bahwa kita menghina bahasa sendiri dengan memperkosanya lewat pesan-pesan yang dikirimkan ke teman-teman.Korupsi kata-kata.
Bisa jadi, orang yang sangat gemar memotong kata per kata sesuka hati adalah ciri-ciri pencuri kelas abu. Ini baru diawal-awal saja, seiring dengan keahlian yang bertambah, jabatan juga akan meningkat. Posisinya yang cantik di lahan basah bisa jadi membawanya untuk mengkorupsikan dana ini dan itu. Artinya, “pada awalnya mengkorupsikan kata, ujung-ujungnya anggaran pun diguntingnya. demi keuntungan pribadi yang hampa.”Kurang profesional.
Dampak buruk berikutnya dari kebiasaan menyingkat kata yang kebablasan adalah penilaian orang lain terhadap kita terjun bebas. Terlebih ketika pesan (SMS atau chatting) tersebut dilebarkan kepada orang di tempat kerja, misalnya rekan satu tim, atasan, kepala seksi, direktur dan lain sebagainya. Ini bisa jadi suatu penilaian yang menunjukkan bahwa diri ini kurang profesional dan cenderung membuat aturan sendiri saat kerja. “Kata-kata saja dipretelinya, bisa jadi pekerjaan pun dibuat porak-poranda.”Kurang patriot terhadap negeri sendiri.
Rasa patriotisme seseorang bisa dinilai lewat cara pemanfaatan simbol-simbol nasionalis, salah satunya adalah lewat tata bahasa yang dipraktekkan sehari-hari. Jika kita cinta terhadap negeri ini, sudah selayaknya menyukai segala yang ada seutuhnya. Saat kita melaksanakan aturan yang satu, aturan yang lain juga jangan diabaikan agar selalu lurus dan seimbang dalam berinteraksi dengan masyarakat luas.Menjamurnya budaya instan.
Tidak semua hal di dunia ini sifatnya cepat-cepatan. Memang ada beberapa hal yang cepat, misalnya laju kereta api di relnya, laju mobil di jalan tol, laju sepeda motor di jalan raya dan laju sepeda balap di bahu jalan. Tetapi masakan kita menyamakan diri dengan mesin-mesin tersebut? Jika anda hendak mempelajari banyak hal di dunia ini, melambatlah untuk bersantai dan pertimbangkan berbagai hal yang terhampar dihadapanmu. Niscaya, akan ada banyak hal yang bisa kita nikmati dengan penuh rasa syukur sembari memuji-muji Tuhan di dalam hati. Turut dibaca teman, Mengapa seseorang cenderung menyingkat pesan singkatnya?
Bahasa Indonesia bukanlah origami yang bisa kita gunting dan
lipat sebebas-bebasnya. Menyingkat kata secara sembarang bisa saja dilakukan
untuk diri sendiri tetapi saat hendak berkomunikasi dengan sesama, bertuturlah
yang lengkap agar maksud hati anda jelas. Penyingkatan kata yang berlebihan
bisa jadi mencerminkan kehidupan kita yang sebenarnya. Sebab, bagi orang-orang
yang baru dikenal, lisan & tulisan adalah wajah sendiri yang dikibarkan
dalam berbagai media yang tersedia. Orang bisa membaca kepribadian ini hanya
dengan menyimak tutur kata yang meluap dari dalam hati. Oleh karena itu, kirim wajah anda yang penuh sopan santun, agar orang lain pun
terkesan! Lirik juga, Contoh singkatan yang baik dan benar.
cintai bahasamu agar interaksi meyakinkan!
0 Response to "10 Bahaya Menyingkat Kata (SMS, Chatting, Tulisan) Secara Berlebihan"
Berkomentarlah yang santun dan cerdas untuk kepentingan bersama